Rabu, 15 Juni 2016

Mengenal Lebih Dekat SDGs (Sustainable Development Goals) 2015-2030

            Jika ada satu singkatan yang paling banyak menjadi berita pada tahun 2015 lalu, salah satunya yang menonjol adalah SDGs [dibaca: esdigi], Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan). Proses perumusan SDGs berbeda sekali dengan MDGs ((Millenium Development Goals) yang telah berjalan dari tahun 2000-2015. SDGs disusun melalui proses yang partisipatif, salah satunya melalui survei Myworld. Salah satu perubahan mendasar yang dibawa oleh SDGs adalah prinsip “tidak ada seorang pun yang ditinggalkan”. SDGs juga mengandung prinsip yang menekankan kesetaraan antar–negara dan antar–warga negara. SDGs berlaku untuk semua (universal) negara–negara anggota PBB, baik negara maju, miskin, dan negara berkembang.
Sumber gambar : www.caritas.org
SDGs dibangun secara partisipatif. PBB bekerja sama dengan beberapa lembaga mitranya telah menyelenggarakan survei warga, yang disebut sebagai Myworld Survey (http://data.myworld2015.org/). Hasil survei hingga November tanggal 21 pukul 11.34 telah mengumpulkan sebanyak 8, 5 juta lebih suara (persisnya 8.583.717 untuk semua negara). Untuk seluruh dunia, empat prioritas menjadi usulan yaitu pendidikan yang bermutu, kesehatan yang lebih baik, kesempatan kerja lebih baik, dan tata pemerintahan yang jujur dan tanggap. Untuk Indonesia, telah terkumpul 38 ribu suara (persisnya 38.422 suara), dengan prioritas yang sedikit berbeda dengan prioritas global yaitu;pendidikan yang bermutu, kesehatan yang baik, tata pemerintahan yang jujur dan tanggap, serta kesempatan kerja yang lebih baik. Survei mengajak warga untuk memilih enam di antara 16 keadaan yang lebih baik untuk masa depan. Meksiko menjadi negara yang paling banyak menyumbang suara, dengan jumlah lebih dari 1,6 juta suara. Survei ini diadakan sejak 2013 hingga 2015, untuk menjadi masukan bagi Sekjen PBB dan para pemimpin dunia yang merumuskan dan mengesahkan SDGs pada September 2015. 
Sidang umum Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB) pada 25 September 2015 lalu di New York, Amerika Serikat, secara resmi telah mengesahkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs sebagai kesepakatan pembangunan global. Sekurangnya 193 kepala negara hadir, termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla, turut mengesahkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 untuk Indonesia. Mulai tahun 2016, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2015–2030 secara resmi menggantikan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs) 2000–2015. SDGs berisi seperangkat tujuan transformatif yang disepakati dan berlaku bagi seluruh bangsa tanpa terkecuali [1]. 
SDGs adalah (a) sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti MDGs. Masa berlakunya 2015–2030; (b) sebuah dokumen setebal 35 halaman yang disepakati oleh lebih dari 190 negara; (c) berisikan 17 goals dan 169 sasaran pembangunan. Ke-tujuhbelas tujuan tersebut adalah:
Tujuan 1. Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun
Tujuan 2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik dan mendukung pertanian berkelanjutan
Tujuan 3. Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia
Tujuan 4. Memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua
Tujuan 5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan
Tujuan 6. Memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua
Tujuan 7. Memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan dan modern bagi semua
Tujuan 8. Mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua
Tujuan 9. Membangun infrastruktur yang tangguh, mendukung industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan dan membantu perkembangan inovasi
Tujuan 10. Mengurangi ketimpangan didalam dan antar negara
Tujuan 11. Membangun kota dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan
Tujuan 12. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
Tujuan 13. Mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya*
Tujuan 14. Mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya laut, samudra dan maritim untuk pembangunan yang berkelanjutan
Tujuan 15. Melindungi, memulihkan dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi desertifikasi (penggurunan), dan menghambat dan membalikkan degradasi tanah dan menghambat hilangnya keanekaragaman hayati
Tujuan 16. Mendukung masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua dan membangun institusi-institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua level
Tujuan 17. Menguatkan ukuran implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan
Setiap tujuan memiliki rincian poin-poin yang merupakan sasaran dari pembangunan berkelanjutan. Daftar lengkap tujuan dan target-target pembangunan tersedia di: http://www.un.org/sustainabledevelopment/sustainable–development–goals/. Sedangkan dokumen hasil tersedia di: https://sustainabledevelopment.un.org/post2015/transformingourworld [4].
Indonesia sendiri sebenarnya telah memiliki prioritas pembangunan, sesuai dengan program dan prioritas dalam Nawacita dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015–2019. Terdapat konvergensi dan divergensi antara SDGs dan Nawacita. Dalam hal pembangunan manusia dan upaya penurunan ketimpangan, kedua dokumen selaras berjalan. Dalam hal pembangunan ekonomi, keduanya juga teman seiring. Namun, dalam hal keberlanjutan, ekologi dan konservasi lingkungan hidup, maka Nawacita dan RPJMN harus melakukan banyak penyesuaian (konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, penurunan kerusakan hutan, manajemen air, laut, dan sebagainya).
Meski begitu, secara keseluruhan banyak pihak sepakat bahwa terdapat beberapa fokus SDGs yang dapat menjadi panduan pembangunan serta sesuai dengan sembilan agenda prioritas Presiden Joko Widodo (Nawacita) di antaranya:
1.       Keberlanjutan agenda pembangunan manusia seperti kemiskinan, kelaparan, keadilan gender, serta pemenuhan akses terhadap air dan sanitasi sebagai isu yang senantiasa strategis.
2.       Peningkatan kesejahteraan dan pendidikan sesuai dengan agenda prioritas peningkatan kualitas hidup manusia melalui jaminan sosial, pendidikan, kesehatan serta reformasi agraria.
3.       Pembangunan ekonomi berkelanjutan merupakan isu baru yang akan difokuskan pada pertumbuhan ekonomi inklusif, serta industrialisasi yang berkelanjutan dan pembangunan hunian serta kota yang berkelanjutan disertai penerapan pola produksi dan konsumsi berkelanjutan.
4.       Akses energi yang terjangkau, sebagai fokus baru yang dikombinasikan dengan pembangunan infrastruktur seperti pembangunan pembangkit listrik, penggunaan biofuel, bendungan, serta jalur transportasi. Pengalihan kepada sumber energi terbarukan serta transparansi pengelolaan sektor energi turut menjadi fokus penting serta tanggung jawab sosial sebagai bagian dari upaya lebih luas untuk menerapkan tata kelola sumber daya berkelanjutan.
5.       Perubahan iklim, di mana Indonesia telah secara sukarela menyatakan komitmennya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Komitmen ini dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca melalui Perpres No. 61/ 2011 dan 33 Rencana Aksi Daerah yang ditetapkan melalui peraturan gubernur. Langkah penurunan emisi diiringi dengan langkah adaptasi. Pelaksanaan rencana mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di berbagai bidang terkait dituangkan di dalam program lintas bidang dalam RPJMN 2015–2019 dengan target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 26 persen pada tahun 2019 peningkatan ketahanan perubahan iklim di daerah [1].

Sumber gambar : majalahict.com

          Keselarasan SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 dengan visi dan misi Presiden Joko Widodo–Jusuf Kalla “Nawacita” diharapkan dapat mengakselarasi pencapaian RPJMN 2014–2019 sekaligus melengkapi prioritas strategi pembangunan terutama terkait dengan tujuan–tujuan yang berkaitan dengan lingkungan, energi bersih serta upaya menangani perubahan iklim.

Keberhasilan SDGs tidak dapat dilepaskan dari peranan penting pemerintah daerah. Mengapa pemerintah daerah? Hal ini didorong oleh kenyataan bahwa sejak pemberlakuan desentralisasi di Indonesia, dua pertiga nasib dan kualitas hidup warga, dalam praktiknya, sangat ditentukan oleh baik–buruknya kinerja pemerintah daerah, mulai dari soal kebersihan lingkungan, seperti pengelolaan sampah, hingga kualitas sekolah dan pelayanan kesehatan. Kita semua tergantung pada tinggi–rendahnya mutu pelayanan publik di daerah.
Bahkan, hal ini bukan saja gejala Indonesia tetapi juga sebuah arus di tingkat dunia. Benjamin Barber, dalam buku If Major Ruled The World (2013), meletakkan harapan kepada para wali kota untuk mengatasi masalah–masalah besar dunia (perubahan iklim, pencegahan terorisme, pengurangan kemiskinan, tata niaga perdagangan obat). Merekalah tenaga dan energi perubahan. Alasan lainnya adalah karena pemerintah kota dan kabupaten (a) berada lebih dekat dengan warganya; (b) memiliki wewenang dan dana; (c) dapat melakukan berbagai inovasi; serta (d) ujung tombak penyedia layanan publik dan berbagai kebijakan serta program pemerintah. Alasan lainnya adalah karena pemerintah kota dan kabupaten (a) berada lebih dekat dengan warganya; (b) memiliki wewenang dan dana; (c) dapat melakukan berbagai inovasi; serta (d) ujung tombak penyedia layanan publik dan berbagai kebijakan serta program pemerintah. [1]
Berbeda dengan Millennium Devolopment Goals (MDGs, 2000-2015), metode dan cara pelaksanaan SDGs menuntut adanya partisipasi warga dan partisipasi publik. Salah satu cara memastikan tercapainya seluruh Tujuan dan Target SDGs adalah dengan melibatkan kelompok-kelompok masyarakat sipil ke dalam kelembagaan Panitia Bersama atau Sekretariat Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Terkait dengan hal itu, Presiden Jokowi telah menyatakan komitmennya untuk membentuk panitia bersama atau joint working group dalam rangka melaksanakan SDGs. Panitia bersama ini akan dikoordinasikan antara Kantor Staf Presiden, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan masyarakat sipil. “Partisipasi masyarakat ini untuk membantu pengawasan jika ada kementerian dan lembaga yang agak ‘miring-miring’,” ujar Presiden Jokowi hari Kamis 17 Desember 2015. Komitmen itu disampaikan langsung oleh Presiden saat bertemu dengan 12 orang perwakilan masyarakat sipil dari sepuluh lembaga di Istana Negara [2].
Di samping itu, dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan berkelanjutan tersebut, International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) memperkenal lima tokoh masyarakat sebagai Duta Masyarakat untuk Sustainable Development Goals (Duta SDGs). Kelima duta tersebut merupakan tokoh publik yang mengajak komunitas dan masyarakat untuk mencapi tujuan dan target Pembangunan Berkelanjutan. Mereka adalah Muhammad Farhan (Pekerja Seni/Penyiar), Alissa Wahid (Koordinator Nasional Gusdurian), Sophia Latjuba (Pekerja Seni/Aktris), Zoemrotin K. Susilo (Tokoh Gerakan Masyarakat Sipil), dan Abdul Kholiq Arif (Bupati Wonosobo periode 2005-2015).  SDGs bukan hanya milik pemerintah namun juga milik masyarakat. Partisipasi masyarakat dan peranan tokoh masyarakat sangat penting dalam bentuk dukungan, anjuran dan desakan agar target dan tujuan SDGs segera bisa dilaksanakan dan dicapai, jelas Hamong Santono, Senior Program Officer SDGs INFID, di Jakarta, Rabu (24/2/2016) [3].
Sumber gambar : majalahkartini.co.id
Setelah disahkannya SDGs, Pemerintah mempunyai waktu 1 hingga 2 tahun untuk mempersiapkan kebijakan pendukungnya. Di antaranya, penyusunan dasar hukum pelaksanaan, rencana aksi dan kelembagaan serta sumber pembiayaan. Di sinilah peran pemerintah daerah, sektor swasta dan kelompok-kelompok masyarakat sipil sangat dibutuhkan. Dari pengalaman era MDGs (2000–2015), Indonesia ternyata belum berhasil menurunkan angka kematian ibu, akses kepada sanitasi dan air minum, dan penurunan prevalansi AIDS dan HIV [1]. Oleh karena itu, pelaksanaan dan pencapaian SDGs (2016-2030) di Indonesia memang memerlukan komitmen dan kerja keras semua pihak, termasuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah, terutama dalam mengurangi ketimpangan; mengurangi tingginya angka kematian ibu dan balita; memberikan akses terhadap sanitasi dan air minum baik di perkotaan maupun perdesaan; serta upaya pelestarian lingkungan.
Sebagai generasi muda penerus pembangunan, kita juga tidak boleh tinggal diam setelah mengetahui adanya SDGs tersebut. Kita harus berupaya untuk ikut mendukung pelaksanaan SDGs di Negara kita Indonesia. Apalagi dalam jangka penerapan SDGs tersebut Indonesia juga berada dalam keadaan yang dinamakan “bonus demografi” dimana angkatan kerja muda berada pada jumlah yang paling banyak diantara angkatan usia lainnya. Upaya tersebut dapat dmulai dari hal kecil. Misalnya, dalam masalah AIDS dan HIV yang ternyata masih belum mengalami penurunan. Seperti yang diketahui bahwa HIV/AIDS sangat erat kaitannya dengan seks bebas dan budaya seks bebas tersebut lebih mudah menjangkit para kawula muda yang memang sedang dalam masa pertumbuhan dimana hormone dan emosi dalam dirinya masih sangat unstabil. Oleh karena itu, sebagai individu, kita harus tahu dan menetapkan dalam pikiran kita bahwa seks bebas itu SALAH dan BAHAYA serta akan menimbulkan banyak masalah. Diantaranya berpeluang terjangkit HIV/AIDS yang sudah kita tahu dapat menimbulkan kematian, parahnya lagi belum ditemukan obatnya. Dengan begitu akan mulai terbentuk prinsip no free sex dalam diri yang diharapkan dapat menjadi tameng, karena tameng paling kuat untuk segala macam tindakan yang tidak benar itu adalah berasal dari dalam diri sendiri.
Selain itu, kawula muda juga harus ikut memonitor perkembangan pelaksanaan SDGs ini, jika dinilai masih ada kekurangan dalam pelaksanaannya, kaum muda dapat menyumbangkan aspirasi dan sarannya terkait bagaimana solusi yang dapat dilakukan guna menutup kekurangan itu atau bahkan bisa langsung take action. Sebab, kaum muda biasanya mempunyai pandangan yang unik mengenai suatu permasalahan sehingga diharapkan ide yang disumbangkan dapat ikut memajukan pembangunan berkelanjutan yang sedang diusahakan pemerintah Indonesia.
Kaum muda adalah cerminan suatu bangsa. Sebagai kaum muda, kita harus bisa tunjukkan kepada dunia bahwa meskipun Indonesia merupakan Negara berkembang, tapi Indonesia akan mampu melaksanakan pembangunan berkelanjutan ini seoptimal mungkin karena negaranya diisi oleh pemuda yang sigap, tanggap, aktif, produktif, solutif, dan kaya akan ide kreatif.

Salam GenRe J

Sumber:
[1] Hoelman, Mickael B., dkk. 2015. Panduan SDGs Untuk Pemerintah Daerah (Kota dan Kabupaten) dan Pemangku Kepentingan Daerah.
[4] International Labour Organization (ILO). Pertanyaan yang Kerap Ditanyakan mengenai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Diakses pada http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_451899.pdf


0 komentar:

Blogger Template by Clairvo