Indonesia merupakan
Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari sekitar 17.508 pulau,
tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan luas wilayah daratan ± 2.012.402 km2 dan luas perairan ± 5.877.879 km2. Dengan wilayah yang
begitu luas, mau tidak mau Indonesia harus menanggung segudang permasalahan
kependudukan. Sebaliknya apabila bisa diatasi dengan baik maka dapat menjadi
hal yang mampu membawa Indonesia lebih dekat menuju cita-citanya yaitu menjadi
bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk dapat mengidentifikasi permasalahan
kependudukan yang ada saat ini maka terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana
sebenarnya gambaran umum kependudukan di Indonesia sendiri. Berikut ini
beberapa gambaran kependudukan di Indonesia :
1. Jumlah Populasi
Jumlah penduduk Indonesia adalah 237.641.326 jiwa
menurut data resmi sensus penduduk 2010 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS). Sedangkan jumlah penduduk Indonesia menurut data statistik
yang dikeluarkan BPS tahun 2015 sebanyak 252.164.800 jiwa.
|
Sumber: Statistik Indonesia 2015 |
Jumlah tersebut merupakan jumlah proyeksi penduduk
yang didapat dari pengolahan hasil sensus penduduk
tahun 2010, karena sensus penduduk dilakukan sepuluh tahun sekali. Dengan
jumlah sebanyak itu, Indonesia masih berada di peringkat ke-4 negara
berpenduduk terbanyak di dunia, setelah China, India dan Amerika Serikat. Jumlah
penduduk yang besar ini sebenarnya bisa menjadi masalah, bisa juga menjadi aset
suatu negara. Masalahnya adalah penduduk bisa menjadi aset jikalau kualitas
penduduknya pun baik, sebaliknya, jika kualitas penduduknya buruk maka hanya
akan menjadi masalah bagi Negara itu sendiri.
2. Prevalensi Kontrasepsi
Dalam
kurun waktu 30 tahun, 1961-1990, jumlah penduduk Indonesia meledak 2 kali
lipat, semula 97,1 juta jiwa menjadi 179,4 juta jiwa. Hal ini mengakibatkan pos
pelayanan terpadu (posyandu) sangat mengemuka dalam pelayanan kesehatan ibu dan
anak. Selain itu, posyandu juga berperan sebagai ujung tombak Keluarga
Berencana (KB), yang mengatur laju pertumbuhan jumlah penduduk melalui berbagai
kontrasepsi. Angka
Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi adalah angka yang menunjukkan berapa banyaknya
Pasangan Usia Subur (PUS) yang sedang memakai
kontrasepsi pada saat pencacahan dibandingkan dengan seluruh PUS.
Angka
Prevelensi Kontrasepsi ini sering disebut dengan CPR (Contraceptive Prevalence Rate). Informasi
tentang besarnya CPR sangat bermanfaat untuk menetapkan kebijakan pengendalian
kependudukan, serta penyediaan pelayanan KB baik dalam bentuk mempersiapkan
pelayanan kontrasepsi seperti sterilisasi, pemasangan IUD, persiapan alat dan
obat kontrasepsi, serta pelayanan konseling untuk menampung kebutuhan dan
menanggapi keluhan pemakaian kontrasepsi.
|
sumber: infodatin Kementrian Kesehatan RI 2014 |
Data SDKI 2012 menunjukkan tren Prevalensi Penggunaan Kontrasepsi atau Contraceptive
Prevalence Rate (CPR) di Indonesia sejak 1992-2012 cenderung meningkat,
sementara tren Angka Fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR) cenderung
menurun. Hal
ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia dalam program Keluarga
Berencana cukup besar, dilihat dari tingginya angka pemakaian kontrasepsi. Namun, efek yang timbul dari program ini
belum nampak terlihat karena jumlah penduduk tetap besar dan keluarga kecil
yang terdiri dari dua anak pun masih jarang.
3. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate)
Angka
kematian kasar (Crude Death Rate) adalah
angka yang menunjukkan banyaknya kematian untuk setiap 1000 orang penduduk pada
pertengahan tahun yang terjadi pada suatu daerah pada waktu tertentu. Angka kematian kasar adalah indikator sederhana yang
tidak memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Sehingga angka ini berguna untuk
memberikan gambaran kepada kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang
bersangkutan.
Angka
kematian kasar Indonesia menurut World
Health Organization (WHO) tahun 2014 adalah sebesar 6 dari 1000
penduduk Indonesia. Angka kematian bayi saat ini di Indonesia sudah membaik,
namun angka kematian ibu melahirkan masih tinggi. Hal tersebut terjadi karena
kurangnya perhatian terhadap ibu hamil dan bayinya pada saat mengandung. Dengan angka kematian kasar
sebesar itu, Indonesia berada pada peringkat 155 diantara 224
negara di dunia. Namun di ASEAN, angka kematian kasar Indonesia
lebih baik dibandingkan Laos dan
Thailand. Sedangkan angka kematian kasar terkecil didominasi oleh Negara di Timur Tengah.
4. Angka Ketergantungan (Dependency
Ratio)
Rasio
Ketergantungan (Dependency
Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk umur 0-14 tahun, ditambah
dengan jumlah penduduk 65 tahun ke atas (keduanya disebut dengan bukan angkatan
kerja) dibandingkan dengan jumlah pendduk usia 15-64 tahun (angkatan kerja).
Menurut data BPS, jumlah angkatan kerja tahun 2015 di Indonesia sebanyak 128,3
juta orang. Pada tahun 2015, angka rasio ketergantungan sebesar 48,6. Itu
artinya, setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung 49 orang penduduk
usia tidak produktif (< 15 tahun dan ≥ 65 tahun). Namun rasio ketergantungan
cenderung menurun belakangan setelah sempat mencapai 70% dan diperkirakan akan
mencapai titik terendah pada 2020-2030. Hal ini sejalan dengan
laporan PBB, yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan negara Asia lainnya,
angka ketergantungan penduduk Indonesia akan terus turun sampai 2020. Pada
periode itu akan terdapat peluang lebih besar untuk melakukan investasi manusia
guna mendorong produksi.
Tentu
saja ini merupakan suatu berkah. Melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan
menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi
ke tingkat yang lebih tinggi. Impasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan. Namun berkah ini bisa berbalik menjadi bencana
jika bonus ini tidak dipersiapkan kedatangannya. Masalah yang paling nyata
adalah ketersedian lapangan pekerjaan. Kalaupun tersedia lapangan pekerjaan, mampukan
sumber daya manusia yang melimpah ini bersaing dengan dunia kerja dan pasar
internasional? Permasalahan pembangunan sumber
daya manusia inilah yang harusnya bisa diselesaikan dari sekarang, jauh sebelum
bonus demografi datang. Jangan sampai hal yang menjadi berkah justru membawa
bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar: kualitas manusia.
5. Angka Kelahiran Kasar (Crude
Birth Rate)
Angka
Kelahiran Kasar (Crude Birth
Rate/CBR) merupakan angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada
tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Angka
kelahiran kasar dihitung untuk mengetahui tingkat kelahiran yang terjadi di
suatu daerah tertentu pada waktu tertentu. Menurut
data dari CIA World Factbook, saat ini (tahun 2015) angka kelahiran kasar di Indonesia berada pada angka 17 di setiap 1000 penduduk di Indonesia. Negara Indonesia berada pada
peringkat 110 dari 224 negara di dunia.
6.
Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate)
Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata
anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya. TFR merupakan
gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari
usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara atau antar daerah
dapat menunjukkan keberhasilan daerah dalam melaksanakan pembangunan sosial
ekonominya. Angka TFR yang tinggi dapat merupakan cerminan rata-rata usia kawin
yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuannya,
tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu
tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program KB yang dilaksanakan selama
tiga dekade ini.
|
sumber: infodatin Kementrian Kesehatan RI 2014 |
Dari angka kelahiran total,
dapat diketahui indikator yang menyangkut kesehatan ibu. Jika angka kelahiran
total tinggi maka hal ini mencerminkan rata-rata usia kawin yang rendah,
tingkat pendidikan perempuan yang rendah, tingkat sosial ekonomi rendah, dan
tingkat kemiskinan tinggi. Total Fertility Rate Indonesia pada tahun 2012 mencapai 2,6, artinya seorang wanita memiliki 2-3 anak dalam usia suburnya. Dengan
TFR 2,6, Indonesia masih berada di atas rata-rata TFR Negara ASEAN yaitu 2,4
dan memiliki potensi untuk angka kelahiran yang tinggi, dan
berada pada peringkat 106 di dunia, setara dengan El Salvador dan Bangladesh.
7.
Angka Harapan
Hidup
Angka Harapan Hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani
oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu,
dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka Harapan Hidup
merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada
khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan
program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan
lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan
kemiskinan.
|
Sumber: bps.go.id
Menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS) dan laporan United Nations berjudul “World
Population Prospect: The 2010 Revision Population Database” tahun 2015, angka harapan hidup penduduk di
Indonesia menempati posisi ke-6 dari negara-negara anggota ASEAN, periode tahun
2010-2015. Posisi pertama ditempati Singapura yang mencatat indeks 82,2 dari
posisi sebelumnya periode 2005-2010 sebesar 81,2. Angka harapan hidup penduduk
Indonesia tercatat sebesar 70,1 pada 2010-2015, atau naik dari 69,1
(2005-2010). Seperti yang telah diketahui, pemerintah selalu berusaha untuk
meningkatkan kesehatan dan harapan hidup masyarakat dengan terus mempermudah
akses terhadap kesehatan dan nutrisi di Indonesia. Namun begitu, masih saja ada
kendala yang dihadapi dalam prosesnya.
8. Migrasi
Penduduk merupakan sumber daya utama
yang berpengaruh besar terhadap pembangunan suatu wilayah. Menurut,
worldometers.com, jumlah penduduk di dunia pada tahun 2015 sekitar 7,399
milyar. Tahun 2011 jumlah penduduk Indonesia sekitar 252,2 juta jiwa. Jumlah
penduduk yang besar akan bermanfaat jika daerah tersebut merupakan daerah yang
produktif, akan tetapi butuh modal yang sangat besar. Sehingga jika tidak terpenuhi
akan menjadi suatu masalah. Migrasi penduduk merupakan salah satu dari tiga
komponen demografi yang menyebabkan perubahan struktur penduduk, yaitu
perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah yang lain dengan melewati
batas administrasi atau politik suatu Negara.
Penyebaran penduduk yang tidak merata
dapat dilihat berdasarkan luas pulau di Indonesia, seperti Pulau Sumatera yang
luasnya 25,2% dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3% penduduk,
Jawa yang luasnya 6,8% dihuni oleh 57,5% penduduk, Kalimantan yang luasnya
28,5% dihuni oleh 5,8% penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9% dihuni oleh 7,3%
penduduk, Maluku yang luasnya 4,1% dihuni oleh 1,1% penduduk, dan Papua yang
luasnya 21,8% dihuni oleh 1,5% penduduk (BPS, 2012).
Hasil Sensus Penduduk 2010 (BPS, 2012)
mencatat 5.396.419 penduduk atau 2,5% penduduk merupakan migrant masuk risen
antar propinsi. Pada tahun 2010 migrant masuk tertinggi di Indonesia berada di
Propinsi Jawa Barat yaitu sekitar 1.048.964 jiwa, sedangkan migrant keluar
risen tertinggi dari Banten yaitu sebanyak 979.860 jiwa. Penduduk yang merupakan migran seumur
hidup juga mengalami peningkatan, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010
tercatat 27.975.612 penduduk atau 11,8% penduduk merupakan migrant masuk seumur
hidup antar propinsi. Pada tahun 2010 migrant seumur hidup keluar tertinggi
berada di Propinsi Jawa Tengah yaitu sebanyak 6.829.637 penduduk, sedangkan
migrant masuk tertinggi berada di Propinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 5.225.271
penduduk (BPS, 2012). Migrasi
secara umum bukan merupakan masalah bagi Indonesia, tetapi migrasi yang tidak
merata lah yang menjadi masalah di Indonesia. Dilihat dari persentase jumlah
penduduk yang terpusat di Pulau Jawa yang menyebabkan pembangunan yang tidak
merata.
Itulah
beberapa gambaran mengenai bagaimana keadaan penduduk Indonesia saat ini. Masih
banyak permasalahan yang dimiliki Indonesia dan pemerintah juga terus menerus
berusaha untuk mengatasinya. Sebagai warga Negara yang baik sudah seharusnya
kita ikut mendukung upaya positif pemerintah, dan langkah awalnya adalah dengan
mengenali terlebih daluhu Negara Indonesia kita ini agar kita pun dapat
mengerti apa dan memikirkan bagaimana langkah yang harus dilakukan guna ikut
membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan di Indonesia.
Salam GenRe J
|
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus