Rabu, 02 Maret 2016

Gambaran Umum Kependudukan Indonesia Saat Ini

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari sekitar 17.508 pulau, tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan luas wilayah daratan ± 2.012.402 km2 dan luas perairan ± 5.877.879 km2. Dengan wilayah yang begitu luas, mau tidak mau Indonesia harus menanggung segudang permasalahan kependudukan. Sebaliknya apabila bisa diatasi dengan baik maka dapat menjadi hal yang mampu membawa Indonesia lebih dekat menuju cita-citanya yaitu menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk dapat mengidentifikasi permasalahan kependudukan yang ada saat ini maka terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana sebenarnya gambaran umum kependudukan di Indonesia sendiri. Berikut ini beberapa gambaran kependudukan di Indonesia :
1.     Jumlah Populasi

Jumlah penduduk Indonesia adalah 237.641.326 jiwa menurut data resmi sensus penduduk 2010 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sedangkan jumlah penduduk Indonesia menurut data statistik yang dikeluarkan BPS tahun 2015 sebanyak 252.164.800 jiwa. 
Sumber: Statistik Indonesia 2015
Sumber: Statistik Indonesia 2015
Jumlah tersebut merupakan jumlah proyeksi penduduk yang didapat dari pengolahan hasil sensus penduduk tahun 2010, karena sensus penduduk dilakukan sepuluh tahun sekali. Dengan jumlah sebanyak itu, Indonesia masih berada di peringkat ke-4 negara berpenduduk terbanyak di dunia, setelah China, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang besar ini sebenarnya bisa menjadi masalah, bisa juga menjadi aset suatu negara. Masalahnya adalah penduduk bisa menjadi aset jikalau kualitas penduduknya pun baik, sebaliknya, jika kualitas penduduknya buruk maka hanya akan menjadi masalah bagi Negara itu sendiri.
2.    Prevalensi Kontrasepsi
Dalam kurun waktu 30 tahun, 1961-1990, jumlah penduduk Indonesia meledak 2 kali lipat, semula 97,1 juta jiwa menjadi 179,4 juta jiwa. Hal ini mengakibatkan pos pelayanan terpadu (posyandu) sangat mengemuka dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak. Selain itu, posyandu juga berperan sebagai ujung tombak Keluarga Berencana (KB), yang mengatur laju pertumbuhan jumlah penduduk melalui berbagai kontrasepsi. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi adalah angka yang menunjukkan berapa banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS) yang sedang memakai kontrasepsi pada saat pencacahan dibandingkan dengan seluruh PUS.
Angka Prevelensi Kontrasepsi ini sering disebut dengan CPR (Contraceptive Prevalence Rate). Informasi tentang besarnya CPR sangat bermanfaat untuk menetapkan kebijakan pengendalian kependudukan, serta penyediaan pelayanan KB baik dalam bentuk mempersiapkan pelayanan kontrasepsi seperti sterilisasi, pemasangan IUD, persiapan alat dan obat kontrasepsi, serta pelayanan konseling untuk menampung kebutuhan dan menanggapi keluhan pemakaian kontrasepsi.
sumber: infodatin Kementrian Kesehatan RI 2014
sumber: infodatin Kementrian Kesehatan RI 2014
Data SDKI 2012 menunjukkan tren Prevalensi Penggunaan Kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di Indonesia sejak 1992-2012 cenderung meningkat, sementara tren Angka Fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR) cenderung menurun. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia dalam program Keluarga Berencana cukup besar, dilihat dari tingginya angka pemakaian kontrasepsi. Namun, efek yang timbul dari program ini belum nampak terlihat karena jumlah penduduk tetap besar dan keluarga kecil yang terdiri dari dua anak pun masih jarang.
3.    Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate)
Angka kematian kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian untuk setiap 1000 orang penduduk pada pertengahan tahun yang terjadi pada suatu daerah pada waktu tertentu. Angka kematian kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Sehingga angka ini berguna untuk memberikan gambaran kepada kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan.
Angka kematian kasar Indonesia menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014 adalah sebesar 6 dari 1000 penduduk Indonesia. Angka kematian bayi saat ini di Indonesia sudah membaik, namun angka kematian ibu melahirkan masih tinggi. Hal tersebut terjadi karena kurangnya perhatian terhadap ibu hamil dan bayinya pada saat mengandung. Dengan angka kematian kasar sebesar itu, Indonesia berada pada peringkat 155 diantara 224 negara di dunia. Namun di ASEAN, angka kematian kasar Indonesia lebih baik dibandingkan Laos dan Thailand. Sedangkan angka kematian kasar terkecil didominasi oleh Negara di Timur Tengah.
4.    Angka Ketergantungan (Dependency Ratio)
Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun ke atas (keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja) dibandingkan dengan jumlah pendduk usia 15-64 tahun (angkatan kerja). Menurut data BPS, jumlah angkatan kerja tahun 2015 di Indonesia sebanyak 128,3 juta orang. Pada tahun 2015, angka rasio ketergantungan sebesar 48,6. Itu artinya, setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung 49 orang penduduk usia tidak produktif (< 15 tahun dan ≥ 65 tahun). Namun rasio ketergantungan cenderung menurun belakangan setelah sempat mencapai 70% dan diperkirakan akan mencapai titik terendah pada 2020-2030. Hal ini sejalan dengan laporan PBB, yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan negara Asia lainnya, angka ketergantungan penduduk Indonesia akan terus turun sampai 2020. Pada periode itu akan terdapat peluang lebih besar untuk melakukan investasi manusia guna mendorong produksi.
Tentu saja ini merupakan suatu berkah. Melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Impasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Namun berkah ini bisa berbalik menjadi bencana jika bonus ini tidak dipersiapkan kedatangannya. Masalah yang paling nyata adalah ketersedian lapangan pekerjaan. Kalaupun tersedia lapangan pekerjaan, mampukan sumber daya manusia yang melimpah ini bersaing dengan dunia kerja dan pasar internasional? Permasalahan pembangunan sumber daya manusia inilah yang harusnya bisa diselesaikan dari sekarang, jauh sebelum bonus demografi datang. Jangan sampai hal yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar: kualitas manusia.
5.    Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate)
Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) merupakan angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Angka kelahiran kasar dihitung untuk mengetahui tingkat kelahiran yang terjadi di suatu daerah tertentu pada waktu tertentu. Menurut data dari CIA World Factbook, saat ini (tahun 2015) angka kelahiran kasar di Indonesia berada pada angka 17 di setiap 1000 penduduk di Indonesia. Negara Indonesia berada pada peringkat 110 dari 224 negara di dunia.
6.    Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate)
Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya. TFR merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara atau antar daerah dapat menunjukkan keberhasilan daerah dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya. Angka TFR yang tinggi dapat merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah,  tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program KB yang dilaksanakan selama tiga dekade ini.
sumber: infodatin Kementrian Kesehatan RI 2014
sumber: infodatin Kementrian Kesehatan RI 2014
Dari angka kelahiran total, dapat diketahui indikator yang menyangkut kesehatan ibu. Jika angka kelahiran total tinggi maka hal ini mencerminkan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan perempuan yang rendah, tingkat sosial ekonomi rendah, dan tingkat kemiskinan tinggi. Total Fertility Rate Indonesia pada tahun 2012  mencapai 2,6, artinya seorang wanita memiliki 2-3 anak dalam usia suburnya. Dengan TFR 2,6, Indonesia masih berada di atas rata-rata TFR Negara ASEAN yaitu 2,4 dan memiliki potensi untuk angka kelahiran yang tinggi, dan berada pada peringkat 106 di dunia, setara dengan El Salvador dan Bangladesh.
7.    Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.

Sumber: bps.go.id

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan laporan United Nations berjudul “World Population Prospect: The 2010 Revision Population Databasetahun 2015, angka harapan hidup penduduk di Indonesia menempati posisi ke-6 dari negara-negara anggota ASEAN, periode tahun 2010-2015. Posisi pertama ditempati Singapura yang mencatat indeks 82,2 dari posisi sebelumnya periode 2005-2010 sebesar 81,2. Angka harapan hidup penduduk Indonesia tercatat sebesar 70,1 pada 2010-2015, atau naik dari 69,1 (2005-2010). Seperti yang telah diketahui, pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kesehatan dan harapan hidup masyarakat dengan terus mempermudah akses terhadap kesehatan dan nutrisi di Indonesia. Namun begitu, masih saja ada kendala yang dihadapi dalam prosesnya.
8.    Migrasi
Penduduk merupakan sumber daya utama yang berpengaruh besar terhadap pembangunan suatu wilayah. Menurut, worldometers.com, jumlah penduduk di dunia pada tahun 2015 sekitar 7,399 milyar. Tahun 2011 jumlah penduduk Indonesia sekitar 252,2 juta jiwa. Jumlah penduduk yang besar akan bermanfaat jika daerah tersebut merupakan daerah yang produktif, akan tetapi butuh modal yang sangat besar. Sehingga jika tidak terpenuhi akan menjadi suatu masalah. Migrasi penduduk merupakan salah satu dari tiga komponen demografi yang menyebabkan perubahan struktur penduduk, yaitu perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah yang lain dengan melewati batas administrasi atau politik suatu Negara.
Penyebaran penduduk yang tidak merata dapat dilihat berdasarkan luas pulau di Indonesia, seperti Pulau Sumatera yang luasnya 25,2% dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3% penduduk, Jawa yang luasnya 6,8% dihuni oleh 57,5% penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5% dihuni oleh 5,8% penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9% dihuni oleh 7,3% penduduk, Maluku yang luasnya 4,1% dihuni oleh 1,1% penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8% dihuni oleh 1,5% penduduk (BPS, 2012).
Hasil Sensus Penduduk 2010 (BPS, 2012) mencatat 5.396.419 penduduk atau 2,5% penduduk merupakan migrant masuk risen antar propinsi. Pada tahun 2010 migrant masuk tertinggi di Indonesia berada di Propinsi Jawa Barat yaitu sekitar 1.048.964 jiwa, sedangkan migrant keluar risen tertinggi dari Banten yaitu sebanyak 979.860  jiwa. Penduduk yang merupakan migran seumur hidup juga mengalami peningkatan, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 tercatat 27.975.612 penduduk atau 11,8% penduduk merupakan migrant masuk seumur hidup antar propinsi. Pada tahun 2010 migrant seumur hidup keluar tertinggi berada di Propinsi Jawa Tengah yaitu sebanyak 6.829.637 penduduk, sedangkan migrant masuk tertinggi berada di Propinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 5.225.271 penduduk (BPS, 2012). Migrasi secara umum bukan merupakan masalah bagi Indonesia, tetapi migrasi yang tidak merata lah yang menjadi masalah di Indonesia. Dilihat dari persentase jumlah penduduk yang terpusat di Pulau Jawa yang menyebabkan pembangunan yang tidak merata.
Itulah beberapa gambaran mengenai bagaimana keadaan penduduk Indonesia saat ini. Masih banyak permasalahan yang dimiliki Indonesia dan pemerintah juga terus menerus berusaha untuk mengatasinya. Sebagai warga Negara yang baik sudah seharusnya kita ikut mendukung upaya positif pemerintah, dan langkah awalnya adalah dengan mengenali terlebih daluhu Negara Indonesia kita ini agar kita pun dapat mengerti apa dan memikirkan bagaimana langkah yang harus dilakukan guna ikut membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan di Indonesia.

Salam GenRe J



2 komentar:

Blogger Template by Clairvo